Passion dan Pekerjaan

Aditya Purwa
3 min readFeb 28, 2018

Hampir setiap orang pasti berusaha memilih apa yang dia senangi untuk pekerjaannya. Dengan kata lain, mereka ingin mengejar passion mereka melalui pekerjaan mereka.

Seseorang yang suka dengan melukis, mereka akan memilih bekerja sebagai pelukis. Mereka sangat passionate dengan seni.

Seseorang yang suka dengan teknologi, mereka akan memilih bekerja sebagai software engineer, hardware engineer, dsb.

Orang-orang percaya, bahwa jika kita mengejar passion kita, kita akan menjadi lebih sukses. Tapi, benarkah itu semua? Benarkah passion kita selama ini benar-benar sesuatu yang kita cinta terhadapnya?

Your work is going to fill a large part of your life, and the only way to be truly satisfied is to do what you believe is great work. And the only way to do great work is to love what you do. If you haven’t found it yet, keep looking. Don’t settle. As with all matters of the heart, you’ll know when you find it. — Steve Jobs

Steve Jobs, orang mengiranya sebagai ahli teknologi, orang yang benar-benar passionate dengan teknologi. Benarkah itu?

Steve Jobs mengambil mata kuliah seni di Reed College, di mana dia tinggal sebagai orang yang nyentrik. Beda dengan orang yang passionate dengan teknologi di masa itu, Jobs tidak terlihat sebagai orang yang tertarik dengan teknologi. Jobs lebih memilih untuk belajar ilmu mistis, sejarah, dan tari.

Bahkan Jobs sempat pergi ke India untuk menjalani perjalanan spiritualnya, lalu kembali ke asalnya untuk belajar Zen di Los Altos Zen Center.

Passion Steve Jobs bukanlah teknologi saat itu, tapi bagaimana dia bisa menjadi orang yang sukses di bidang teknologi, bukan tentang mengikuti passion, tapi pencarian passion yang dia lakukan.

Sampai saat dia bertemu dengan Steve Wozniak, Jobs yakin bahwa dia bisa mendapatkan uang dari teknologi. Itu yang saat itu Steve Jobs butuhkan, dia butuh uang. Hingga terbentuklah Apple sampai saat ini.

Jika Steve Jobs lebih memilih untuk mengikuti passion-nya, dia akan menjadi seorang guru spiritual di belahan bumi yang lain, atau mengajar Zen di Los Altos Zen Center.

Tapi Steve Jobs tidak melakukannya, dia terus mencari passion-nya. Kita tidak harus terpaku bahwa kita hanya punya satu passion. Kita bisa mempunyai banyak passion dan sukses dengan semuanya.

Pada akhirnya, kita harus bisa menghadirkan passion dalam pekerjaan kita. Dengan itu, kita bisa maksimal dalam bekerja. Bukankah Allah menyuruh kita untuk bekerja keras apapun pekerjaan kita?

Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” — At-Taubah 105

Referensi: “So Good They Can’t Ignore You” — Cal Newport

— — —

Written by: Aditya Purwa
As a student of Teknik Informatika under Sekolah Tinggi Informatika & Komputer Indonesia (STIKI) Malang — Jl. Raya Tidar №100, Karangbesuki, Kec. Sukun, Kota Malang, Jawa Timur 65146
Author ID: 171116002

Sekolah Tinggi Informatika & Komputer Indonesia (STIKI) Malang is a higher education institution that focuses on the field of informatics. STIKI Malang is one of the universities in Malang City, which produces Bachelor and Associate Expert graduates in the field of Informatics and Visual Communication Design. STIKI Malang was founded in 1985 and has received institutional accreditation with Accreditation Decree №3131/SK/BAN-PT/Akred/PT/XII/2016 dated 27 December 2016. Currently STIKI has 4 study programs, namely Informatics Engineering (S1), Visual Communication Design/DKV (S1) and Informatics Management (D3), and Information Systems (IS). All study programs have been accredited by BAN-PT.

--

--

Aditya Purwa

Building Playtune (https://playtune.app) - Software engineer, writer, designer, and artist.